GUSNADIR Telegram 530
Ketika Rasul Tidak Jadi Membocorkan Waktu Pasti Lailatul Qadar

Banyak hadits Nabi yang memberi indikasi mengenai kapan datangnya lailatul qadar. Ada sejumlah hadits yang meminta kita mencari di sepuluh malam terakhir; dan ada pula yang mengindikasikan di tujuh malam terakhir. Dan tentu saja hadits-hadits yang lebih spesifik menyebut malam ganjil. Namun sebenarnya Rasulullah SAW pernah hendak ‘membocorkan’ kepastian waktunya namun gak jadi. Kenapa? Simak yuk hadits Sahih Bukhari Nomor 1883.


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، حَدَّثَنَا أَنَسٌ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَقَالَ ‏ "‏ خَرَجْتُ لأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ ‏"‌‏.


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan kepada kami Humaid telah menceritakan kepada kami Anas dari 'Ubadah bin Ash-Shamit berkata; Nabi SAW keluar untuk memberitahukan kami tentang Lailatul Qadar. Tiba-tiba ada dua orang dari Kaum Muslimin yang tengah berbantah-bantahan. Akhirnya Beliau berkata: "Aku datang untuk memberitahukan kalian tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar namun fulan dan fulan tengah berdebat sehingga kepastian waktunya diangkat (menjadi tidak diketahui). Namun semoga kejadian ini menjadi kebaikan buat kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima (pada sepuluh malam akhir dari Ramadhan)".

Jadi, Nabi Muhammad urung ‘membocorkan’ karena info kepastian waktu datangnya lailatul qadar pada malam keberapa telah diangkat kembali oleh Allah. Atau dalam redaksi di riwayat lain, Nabi menjadi lupa hal itu. Itu semua dikarenakan terjadinya pertengkaran kedua sahabat Nabi di dalam Masjid, yang dalam riwayat Sahih Muslim disebut “keduanya merasa benar dan ‘didampingi’ oleh Syetan” —untuk mendeskripsikan emosi keduanya.

Yang menarik, Imam Bukhari tidak mencantumkan kedua nama Sahabat itu. Saya menduga bahwa Imam Bukhari (atau para perawi yang meriwayatkan kisah ini) tidak mau menjatuhkan martabat agung kedua Sahabat Nabi tersebut. Tentu kalau kemudian nama keduanya menjadi diketahui umat generasi berikutnya itu semata-mata hanya untuk mengambil pelajaran saja, bukan untuk merendahkan kedua beliau radhiyallah ‘anhuma.

Ibn Hajar dalam kitab Fathul Bari saat menjelaskan riwayat ini menyebutkan nama kedua Sahabat Nabi yang bikin heboh di atas itu berdasarkan info dari Ibn Dihyah. Nah, sebelum kita ‘bocorkan’ nama kedua sahabat Nabi itu, kita bahas dulu siapa Ibn Dihyah ini?

Ibn Dihyah adalah seorang ahli Hadits dari Spanyol di masa kejayaan Islam. Lahir di Valencia tahun 1150 Masehi dan wafat di Mesir pada tahun 1235 Masehi. Beliau ini keturunan dari seorang Sahabat Nabi yang namanya sama yaitu Ibn Dihyah. Ibn Dihyah yang sahabat Nabi itu merupakan utusan Nabi ke Heraklius, dan wajahnya terkenal ganteng.

Dalam satu riwayat, Jibril alaihis salam pernah menemui Nabi dalam wujud seorang manusia yang wajahnya ganteng seperti Ibn Dihyah ini, sesuai info dari istri Nabi Muhammad yang bernama Ummu Salamah Radiyallah ‘anha. Jadi Ibn Dihyah yang dikutip Ibn Hajar ini bukan orang sembarangan.

Nah, Ibn Dihyah mengatakan bahwa nama kedua sahabat Nabi ini adalah Ka’ab bin Malik dan Abdullah bin Abi Hadrad. Sebagai akademisi, saya tidak puas hanya mengetahui dua nama ini. Saya ingin tahu apa sih yang mereka pertentangkan sampai memancing reaksi dari Nabi Muhammad dan konsekuensinya kita jadi gak dapat ‘bocoran’ tentang kepastian waktu lailatul qadar.

Saya menemukan dalam Sahih Bukhari, hadits nomor 437 (dan diulang sampai 5 kali dalam bab berbeda di Sahih Bukhari):



tgoop.com/GusNadir/530
Create:
Last Update:

Ketika Rasul Tidak Jadi Membocorkan Waktu Pasti Lailatul Qadar

Banyak hadits Nabi yang memberi indikasi mengenai kapan datangnya lailatul qadar. Ada sejumlah hadits yang meminta kita mencari di sepuluh malam terakhir; dan ada pula yang mengindikasikan di tujuh malam terakhir. Dan tentu saja hadits-hadits yang lebih spesifik menyebut malam ganjil. Namun sebenarnya Rasulullah SAW pernah hendak ‘membocorkan’ kepastian waktunya namun gak jadi. Kenapa? Simak yuk hadits Sahih Bukhari Nomor 1883.


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، حَدَّثَنَا أَنَسٌ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، قَالَ خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، فَقَالَ ‏ "‏ خَرَجْتُ لأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ ‏"‌‏.


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan kepada kami Humaid telah menceritakan kepada kami Anas dari 'Ubadah bin Ash-Shamit berkata; Nabi SAW keluar untuk memberitahukan kami tentang Lailatul Qadar. Tiba-tiba ada dua orang dari Kaum Muslimin yang tengah berbantah-bantahan. Akhirnya Beliau berkata: "Aku datang untuk memberitahukan kalian tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar namun fulan dan fulan tengah berdebat sehingga kepastian waktunya diangkat (menjadi tidak diketahui). Namun semoga kejadian ini menjadi kebaikan buat kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima (pada sepuluh malam akhir dari Ramadhan)".

Jadi, Nabi Muhammad urung ‘membocorkan’ karena info kepastian waktu datangnya lailatul qadar pada malam keberapa telah diangkat kembali oleh Allah. Atau dalam redaksi di riwayat lain, Nabi menjadi lupa hal itu. Itu semua dikarenakan terjadinya pertengkaran kedua sahabat Nabi di dalam Masjid, yang dalam riwayat Sahih Muslim disebut “keduanya merasa benar dan ‘didampingi’ oleh Syetan” —untuk mendeskripsikan emosi keduanya.

Yang menarik, Imam Bukhari tidak mencantumkan kedua nama Sahabat itu. Saya menduga bahwa Imam Bukhari (atau para perawi yang meriwayatkan kisah ini) tidak mau menjatuhkan martabat agung kedua Sahabat Nabi tersebut. Tentu kalau kemudian nama keduanya menjadi diketahui umat generasi berikutnya itu semata-mata hanya untuk mengambil pelajaran saja, bukan untuk merendahkan kedua beliau radhiyallah ‘anhuma.

Ibn Hajar dalam kitab Fathul Bari saat menjelaskan riwayat ini menyebutkan nama kedua Sahabat Nabi yang bikin heboh di atas itu berdasarkan info dari Ibn Dihyah. Nah, sebelum kita ‘bocorkan’ nama kedua sahabat Nabi itu, kita bahas dulu siapa Ibn Dihyah ini?

Ibn Dihyah adalah seorang ahli Hadits dari Spanyol di masa kejayaan Islam. Lahir di Valencia tahun 1150 Masehi dan wafat di Mesir pada tahun 1235 Masehi. Beliau ini keturunan dari seorang Sahabat Nabi yang namanya sama yaitu Ibn Dihyah. Ibn Dihyah yang sahabat Nabi itu merupakan utusan Nabi ke Heraklius, dan wajahnya terkenal ganteng.

Dalam satu riwayat, Jibril alaihis salam pernah menemui Nabi dalam wujud seorang manusia yang wajahnya ganteng seperti Ibn Dihyah ini, sesuai info dari istri Nabi Muhammad yang bernama Ummu Salamah Radiyallah ‘anha. Jadi Ibn Dihyah yang dikutip Ibn Hajar ini bukan orang sembarangan.

Nah, Ibn Dihyah mengatakan bahwa nama kedua sahabat Nabi ini adalah Ka’ab bin Malik dan Abdullah bin Abi Hadrad. Sebagai akademisi, saya tidak puas hanya mengetahui dua nama ini. Saya ingin tahu apa sih yang mereka pertentangkan sampai memancing reaksi dari Nabi Muhammad dan konsekuensinya kita jadi gak dapat ‘bocoran’ tentang kepastian waktu lailatul qadar.

Saya menemukan dalam Sahih Bukhari, hadits nomor 437 (dan diulang sampai 5 kali dalam bab berbeda di Sahih Bukhari):

BY Khazanah GNH


Share with your friend now:
tgoop.com/GusNadir/530

View MORE
Open in Telegram


Telegram News

Date: |

In handing down the sentence yesterday, deputy judge Peter Hui Shiu-keung of the district court said that even if Ng did not post the messages, he cannot shirk responsibility as the owner and administrator of such a big group for allowing these messages that incite illegal behaviors to exist. Telegram Channels requirements & features “[The defendant] could not shift his criminal liability,” Hui said. Among the requests, the Brazilian electoral Court wanted to know if they could obtain data on the origins of malicious content posted on the platform. According to the TSE, this would enable the authorities to track false content and identify the user responsible for publishing it in the first place. 3How to create a Telegram channel?
from us


Telegram Khazanah GNH
FROM American